8 Apr 2022
Notifikasi aplikasi WhatsApp di telepon genggam Bunda Kehfi muncul, pesan dari salah satu orang tua siswa. “....Bund curhat dikit ya…kenapa ya anakku kok belakangan ini semangat belajarnya gampang menurun, bosenan. Makin iseng sama adiknya juga…..”
Selama Pandemi, perkembangan dan penggunaan teknologi semakin cepat. Anak usia dini dan usia sekolah dasar harus menyesuaikan diri dengan perubahan situasi, konsekuensi ruang gerak anak menjadi semakin terbatas. Anak-anak lebih banyak bermain secara fisik lebih “pasif”, misalnya: permainan komputer, menonton TV. Hal ini menyebabkan informasi sensorik dan stimulasi yang didapat anak menjadi terbatas. Anak kurang bergerak, terlihat malas, mudah lelah, memiliki gerakan yang lambat, tidak tangkas, dan kurang gesit. Padahal bermain secara fisik merupakan sarana mengembangkan respon-respon adaptif yang memungkinkan berkembangnya proses sensory motor integration pada anak.
Apa peran Stimulasi pada Anak?
Stimulasi integrasi sensori dan gerak dapat merangsang sel-sel otak individu untuk berkembang dengan baik dan membentuk kecerdasan gerak sehingga dapat mendukung berkembangnya kecerdasan majemuk.
Stimulasi neurokinestetik digagas oleh Anne Gracia dan Togu Pardamean Sinaga, merupakan bagian dari neurosains terapan yang merupakan salah satu bentuk stimulasi.
Anak-anak dengan kecerdasan kinestetik optimal, memiliki integrasi yang baik antara proses berpikir dan tumbuh secara simultan (Gracia, 2013). Kecerdasan kinestetik merupakan kemampuan kematangan saraf yang mematangkan gerak refleks menjadi gerak yang terkendali dan terkoordinasi, memiliki integrasi yang baik antara proses berpikir dan tubuh secara stimulan, sehingga akhirnya menjadi gerak yang memiliki tujuan (Sinaga, 2015).
Hal tersebut selaras dengan teori piramida belajar, dikemukakan oleh William dan Shellenberger yang menyatakan bahwa kematangan untuk mencapai kemampuan kognisi optimal diperlukan kemampuan kematangan sensorik pada pondasi untuk bisa mencapai kematangan kognisi. Para peneliti akademisi melihat bagaimana stimulasi neurokinestetik dapat meningkatkan kemampuan integrasi sensori dan gerak anak. Hipotesis yang dibuktikan pada penelitian adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian stimulasi neurokinestetik terhadap peningkatan kemampuan integrasi sensori dan gerak anak.
Salah satu bentuk stimulasi neurokinestetik yang dikembangkan adalah Alfabet Engram Kinestetik. Rangkaian geraknya dikembangkan oleh Togu Pardamean Sinaga, seorang kinesiologis pada tahun 2002 dan diawasi juga analisanya oleh spesialis saraf/neurolog almarhum Prof.Dr. Soemarmo Markam, Sp.S (K).

Alfabet Engram Kinestetik diperkenalkan sebagai sebuah aktivitas komprehensif yang integratif dan menghubungkan antara sensasi ke gerak hingga tahap persepsi dengan melihat contoh gerak, mendengarkan arahan, dan menghafal. Apabila sudah hafal akan masuk ke serebelum dan terjadi automation atau aktivitas kebiasaan. Engram kinestetik terkait dengan gerak di otot dari sistem saraf hingga ke otak. Aktivitas stimulasi Alfabet Engram Kinestetik dapat memberi stimulus dan menjaga keseimbangan otak. Tujuannya mengembangkan kecerdasan mengolah informasi dan kecepatan berpikir untuk mengambil keputusan. Alfabet Engram Kinestetik terdiri dari gerak sederhana yang membantu melatih daya koordinasi, tidak hanya secara fisik tetapi juga mempengaruhi secara mental. Unsur yang dikembangkan dalam program kegiatan Alfabet Engram Kinestetik ini antara lain sekuensial untuk menyusun kata, komunikasi melalui perpindahan pesan, stimulasi visual spasial melalui stimulasi keseimbangan, koordinasi dan proprioseptif, juga pengendalian emosi. Sinaga (2015) menjelaskan manfaat penggunaan metode stimulasi Alfabet Engram Kinestetik sebagai berikut:
a. Manfaat stimulasi visual saat melihat gerak yang dicontohkan dan merangsang memori untuk merekam contoh gerak.
b. Manfaat stimulasi atensi dan auditori saat mendengar petunjuk gerak disampaikan dan koreksi gerak dilakukan.
d. Manfaat koreksi postur dan keseimbangan serta proprioseptif untuk mencapai koordinasi yang berarti telah merangsang proses jalinan sinaps yang dibutuhkan otak untuk membentuk keterampilan kognitif.
e. Penggunaan aktivitas dalam rangkaian kata akan memberi stimulasi sekuensial yang diperlukan dalam penyusunan huruf menjadi kata, sekaligus merangsang kesiapan awal pola hitung pada pertumbuhan kemampuan otak selanjutnya menjadi kemampuan eksekutif untuk menyusun strategi.
f. Penggunaan aktivitas dalam konteks rekreasi menambah manfaat stimulasi yang meningkatkan kemampuan kognitif, karena tantangan ketepatan merancang kata atau kalimat logis, memanggil memori gerak, mengatur diri untuk melakukan urutan gerak dengan aturan lateralisasi kontralateral secara terpadu menjadi latihan kecepatan pengambilan keputusan dan merangsang pembiasaan kepemimpinan diri dan kelompok.
Aktifitas Alfabet Engram Kinestetik dilakukan SDI hobihobi pada pelajaran Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan (PJOK) secara bertahap sebagai bentuk stimulasi sensori integrasi gerak dan kognitif, program ini dianalisa secara berkala bekerja sama dengan Lembaga Vigor Action.
Ayah dan Bunda… In syaa allah Alfabet Engram Kinestetik sangat bermanfaat dan dapat menjadi pilihan aktiftas seru diakhir pekan bersama keluarga.
Yuk...mager….mari bergerak ^.^
-vKv-
Sumber e-pustaka :
Rosita Yuniati & Prilya Shanty Andriani/ Intuisi Jurnal Psikologi Ilmiah 9 (1) (2017) 42